Patah hati..
Setiap orang pasti pernah
merasakan yang namanya patah hati. Dan jujur gue juga sering kena yang namanya “Patah
Hati” dimana pasti kita rentan yang namanya kecewa, galau. Kalau gue pikir
pikir sih, patah hati sebenarnya muncul karnea kita nggk iklas, dan terlalu
berharap banyak darinya.
Patah hati pertama gue yaitu saat
4 tahun yang lalu… ya, sekitar pas gue kelas VII / VIII kalau dipikir pikir 4
tahun yang lalu gue tergolong cukup muda untuk patah hati. Ya gimna pun juga
saat itu adalah masa labil labil nya anak anak yang beranjak ke dewasa. Kalau
diingat ingat saat patah hati pertama gue semangat gue jadi patah.
Saat hati kita sakit,
pasti ada pengaruhnya ke hidup kita, Rasa sakit juga menjadi panduan seperti
kompas. Memberitahu bagian mana yang nggak sehat atau merasakan hal yang nggak
benar. Yang penting adalah harus peka dengan “teriakan” yang diberikan hati Sebagai
“korban”, kita sering nggak mendengarkan rasa sakit. Tapi kalau kita berperan
sebagai pihak yang bertahan, kurang lebih kita seperti membuka diri terhadap
rasa sakit tersebut. Kita belajar dari rasa sakit tersebut dan berkembang,
serta bertahan.
Setahun berlalu, akhirnya gue
mulai terbiasa dengan beberapa hal. Terbiasa sendiri, terbiasa melihat dia
dengan orang lain, dan akhirnya tiba masa masa dimana ketika gue mendengar nama
“dia” hati gue mulai biasa aja, ini artinya gue udh terlepas dengan rasa cinta
yang tertinggal.
Patah hati nggk bisa
disembuhkan dengan cepat, menyembuhkan patah hati butuh proses yang panjang,
itu sebabnya kita nggk mungkin melupakan kenangan kita, yang ada hanya “Berhenti
mengingat”. Ada 1 alasan kenapa kita nggk bisa melupakan dengan cepat. Alasan
nya cukup sederhana, karena dari awal kita kecil, kita diajari untuk mengingat
dan mengingat, bukan belajar melupakan :)
Patah hati terhebat gue
selanjutnya itu adalah saat SMA. Dimana gue “Terlalu Berharap” yang pada
akhirnya membuat gue kecewa dan ini adalah hal yang wajar. Yang terjadi antara
gue dan lo hanya kedekatan yang dikatakan “Spesial” walau belum menjadi kata “Kita”
namun udh menjadi “Cerita” di hidup gue, Bukan bermaksud nggak mau
memperjuangkan yang aku Cinta, tapi kadang gue harus tau batasan antara terus
mencoba dan tau kapan harus sudah cukup berusaha.
Nggk bisa dipungkiri, sampai
saat tulisan ini siap gue buat rasa berharap gue masih ada. Dan nggk tau sampai
kapan. Atau mungkin sama kayak patah hati pertama gue, semua akan berjalan
mengalir gitu aja, dan akhirnya pun menghilang.
1 Kata yang gue ambil dari
guru gue isinya kira kira gini : “Ketika sapaan,
candaan,komunikasi seseorang tidak terdengar lagi dan anda tidak merasa
Kehilangan. Yakinlah bahwa dia bukan bagian dari dirimu, tapi orang lain”
Mimpiku sederhana,
tidak ada kata aku & kamu, hanya ada kata "Kita" yg berada diatap
yang sama saling membahagiakan sampai menua, sampai waktu berkata :
"Waktunya pulang ke rumah Bapa di Surga"
Prinsip yang gue jalani saat
ini adalah “Kalau punya hati jgn seperti kaca, sekali jatuh
pecah. Jadilah hati seperti bola karet, kalau dijatuhin akan melambung lebih
tinggi lagi”